Sabtu, 25 September 2010

MENCARI PASANGAN HIDUP

Sebentar lagi seorang teman akan menikah. Bahagia sekali tentunya . Satu tahap yang merupakan salah satu tahap akhir dari tujuan hidup setiap insan. Menikah untuk kemudian punya anak. Jadi pengen ikut nyusul. Tapi kapan ya?.........Sebagian orang beranggapan memilih pasangan hidup itu mudah. Sementara sebagian yang lain menganggapnya sulit.  Hal ini tentunya tidak lepas dari pengalaman mereka yang berbeda-beda. Si Bejo contohnya, dia selama ini mencari pasangan yang sesuai kriteria yg diinginkannya. Tapi sampai detik ini masih belum menemukan cewek tersebut. Entah sudah berapa banyak cewek yg telah dipacarinya. Akan tetapi semua berakhir begitu saja tidak ada kejelasan yg pasti. Beda dengan si Parmin, yang sudah mempunyai dua orang anak. Padahal penghasilannya hanya seorang tukang sol sepatu. Sangat berbeda jauh dengan si Bejo yang seorang pegawai kantoran yg mapan. Jika kita bandingkan mereka berdua, untuk urusan berumah tangga, tentunya si Bejo lebih siap karena lebih berpenghasilan. Penghasilan yang cukup,  mapan, rumah ada, kendaraan punya. Bisa dibilang mampulah untuk urusan berumah tangga.  Mungkin apa karena kriterianya yg terlalu tinggi? Tapi ga juga seh…..wanita yg diinginkan kelak menjadi pendamping hidupnya, adalah sosok yang cantik, putih dan tinggi semampai .Ya… standarlah seperti kebanyakan pilihan pria-pria lain dan untuk ukuran seorang Bejo tidak sulit rasanya. Tetapi kenyataanya amat susah dilaksanakan.  

Gambaran diatas merupakan realita hidup yang terjadi disekitar kita. Banyak sekali seseorang yang sulit mencari pasangan hidupnya. Kemapanan ternyata belum cukup untuk menjadi modal dalam berumah tangga. Ada factor lain yang menentukan selain dari kemapanan itu sendiri. Yang tentunya mempengaruhi setiap orang yang berbeda-beda.
Memilih pasangan memang tidaklah mudah, akan tetapi tidak juga terlalu sulit. Tergantung dari tujuan kita menikah itu sendiri. Agama telah memberikan tuntunan dalam hal memilih pasangan hidup. “Seorang laki-laki yang ingin menikah hendaklah ia menikahi seorang  perempuan karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia”. Hal ini berlaku juga untuk seorang perempuan dalam hal memilih pasangan yang kelak menjadi suaminya.  

Wanita akan menjadi istri atau ratu dalam rumah tangga dan menjadi ibu atau pendidik bagi anak-anaknya kelak demikian pula pria menjadi suami atau pemimpin rumah tangganya dan bertanggung jawab dalam menghidupi (memberi nafkah) bagi anak istrinya. Maka dari itu, janganlah sampai menyesal terhadap pasangan hidup pilihan kita setelah berumah tangga kelak.
Banyak sekali pasangan yang pada akhirnya berpisah atau bercerai karena salah dalam hal memilih pasangan hidup. Lamanya masa berpacaran atau penjajakan tidaklah menjadi jaminan seseorang untuk bisa mempertahankan rumahtangganya. Berdasarkan pengalaman teman yang telah menikah, berumahtangga bukanlah mencari kecocokan terhadap pasangan kita. Akan tetapi lebih kearah apakah kita bisa menerima kekurangan yg ada pada dirinya. Dan pada akhirnya agama adalah kita jadikan sandaran tujuan untuk membina sebuah mahligai rumah tangga. Yaitu untuk membina keluarga yang sakinah mawaddah warohmah (SAMARA) dengan dibekali oleh keimanan dan ketakwaan tentunya.

Selamat menempuh hidup baru sob, semoga menjadi keluarga SAMARA yang diridhoi oleh Allah SWT.

Salam,
RIDWAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar